masjidasmaulhusna18@gmail.com
Jalan Raya Kelapa 2 No 30 Tangerang Banten

WEBSITE RESMI MASJID RAYA ASMAUL HUSNA GADING SERPONG

logo-1 - Salin
Khutbah Persatuan dan Kesatuan menjelang pemilu

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ  أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ

. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ

وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ

. اَمَّا بَعْدُ،

 فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jamaah yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah... bulan-bulan ini adalah pesta demokrasi atau bisa di artikan sebentar lagi kita akan menghadapi pecoblosan presiden

Momen sekarang ini adalah tepat bagi kita untuk menghidupkan kembali kesadaran untuk menjadi warga negara yang baik.

Hal tersebut tidak lepas dari kenyataan bahwa politik kerapkali menjerumuskan sebagian orang ke dalam perbuatan tercela (akhlaq madzmûmah): permusuhan, adu domba, fitnah, dengki, riya', risywah (suap), bohong, dan lain sebagainya.

Yang semuanya itu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT

Jamaah Yang dirahmati Allah....

Agama Islam bukan agama yang anti-politik. Bahkan....karena terkait dengan persoalan kepemimpinan, politik menjadi hal yang niscaya. Imam Al-Ghazali mengaitkan pentingnya pemimpin dengan kelestarian agama sebagai berikut:

 المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ 

المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ

“Kekuasaan dan agama merupakan dua saudara kembar.

فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ

Agama sebagai landasan dan kekuasaan sebagai pengawalnya.

وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ

Sesuatu yang tidak memiliki landasan pasti akan tumbang.

وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ

Sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal akan tersia-siakan.” (Abu Hamid al-Ghazali, Ihyâ Ulumiddin, tt, Beirut: Darul Ma’rifah, Juz 1, h. 17)

Namun demikian....politik dalam Islam tak pernah menjadi tujuan akhir (ghâyah). Melainkan wasîlah, perantara menuju tercapainya tujuan sebuah negara, yakni Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur.....

Jamaah Yang dirahmati Allah....

Negara tak hanya wajib memberi jaminan keamanan dan kebebasan bagi tiap orang untuk beribadah kepada Allah tapi juga mesti punya iktikad sungguh-sungguh menyejahterakan warganya serta menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Dengan bahasa lain..

politik sesungguhnya merupakan sesuatu yang baik, atau paling tidak: netral. Hanya saja, ia nama baiknya sering ternoda karena tingkat sebagian elite politik yang tak mengindahkan etika yang digariskan syariat. Dari sinilah, bencana moral lantas meluas ke masyarakat akibat provokasi, mobilisasi, dan politisasi setiap lini oleh kalangan politisi. Masyarakat pun kerap tergiring ke arah tindakan-tindakan yang tak selaras dengan nilai-nilai Islam.

Jamaah Yang dirahmati Allah SWT....

Dalam konteks ini, paling tidak ada dua bahaya yang perlu diwaspadai saat musim pemilihan umum atau pergantian kekuasaan datang....

Pertama....

mengorbankan kepentingan bersama untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok secara terbatas.

Fanatisme dukungan yang diberikan kepada calon tertentu acapkali menyeret seseorang hanya berpikir pada lingkup yang sangat sempit.

Pembelaan dilakukan secara mati-matian kepada calon yang didukung, sementara di sisi lain permusuhan dialamatkan secara berlebihan kepada lawan politiknya.

Situasi inilah yang kadang membuat orang gelap mata untuk melakukan serangan-serangan secara verbal, baik di media sosial ataupun kehidupan sehari-hari, tak hanya kepada sang calon pemimpin tapi juga para pendukungnya.

Caci maki, saling hujat, serta kata-kata kotor bertebaran di mana-mana, tanpa ingat bahwa sebelum terlibat dalam politik dukung-mendukung, mereka lebih dulu adalah saudara dalam satu rumah bernama “Indonesia”.

Fanatisme dukungan yang berlebihan membuat banyak orang lupa bahwa masing-masing mereka sedang mengorbankan persatuan dan perdamaian,

untuk tujuan jangka pendek politik. Akhlak Islam yang amat menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian pun ditinggalkan, demi pilihan politik yang bisa jadi benar bisa jadi salah. Padahal, kerukunan adalah kepentingan bersama,

sementara urusan dukung-mendukung adalah soal aspirasi pribadi atau kelompok. Jangan sampai kita terperdaya, sehingga yang terakhir ini lebih prioritas dibanding yang pertama.

Bahaya kedua.....

 Adalah bersikap tidak adil (objektif) kepada orang lain karena diliputi rasa benci. Kondisi ini lazimnya bermula dari tumbuhnya kebencian berlebihan kepada sesama.

Penyakit hati satu ini merupakan dampak dari persepsi negatif kepada seseorang yang terus menumpuk. Opini buruk tentang seorang calon pemimpin yang diterima terus-menerus tanpa klarifikasi,

bisa mengubah orang yang semula biasa-biasa saja menjadi amat membenci si calon tersebut. Kebencian yang terus dipupuk akan meningkat statusnya kepada permusuhan.

Dimulai dari membenci, kemudian memusuhi. Calon pemimpin yang tak disukai dilihat dalam citra yang selalu negatif.

Sebaliknya....

calon pemimpin yang didukung dielu-elukan, nyaris tanpa kritik sama sekali. Situasi semakin parah ketika kebencian meningkat levelnya dari membenci individu kepada membenci kelompok, dari membenci seorang calon pempin kepada membenci semua orang yang mendukungnya.

Gontok-gontokkan pun menjadi kian ramai. Masing-masing pendukung menunggu atau mencari-cari kesalahan lawan politik untuk kemudian diserang habis-habisan, sementara kelemahan sang idola tak pernah disinggung—bahkan dicitrakan seolah-olah baik seratus persen.

Padahal...

dalam Islam, tak ada manusia yang selalu jahat dan salah seperti setan, sebagaimana tak ada pula manusia yang selalu baik dan benar selayak malaikat. Sebagai manusia,

politisi adalah orang-orang yang berpotensi keliru. Bahkan, untuk calon dengan gagasan cemerlang pun, tak ada jaminan pasti bahwa ia selalu mulus dalam melaksanakan program-programnya kelak. Mempunyai pilihan politik berdasarkan kriteria ideal adalah hak dan harus, tapi memutlakkan manusia-manusia politik itu sebagai “setan” yang mesti dibenci setengah mati adalah tak masuk di akal. 

Rasulullah ﷺ bersabda:

 أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا

"Cintailah idolamu sewajarnya, karena boleh jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang engkau benci.

وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

Dan bencilah orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR Tirmidzi)

Hadits tersebut memberi pesan bahwa kondisi manusia sejatinya sangat dinamis. Karena itu kita diperintahkan untuk berlaku sedang-sedang saja. Pilihan dukungan ditetapkan dengan kepala jernih, dan energi yang dikerahkan untuk mendukung pun mesti dilaksanakan dengan bijaksana. Dengan sikap politik yang proporsional seperti ini, kita bisa lebih tenang menghadapi persaingan politik, termasuk dengan saudara-sadara kita yang berpeda pilihan.

 Jamaah Yang dirahmati Allah SWT...

Firman Allah ﷻ yang penting kita renungkan bersama dalam hal ini adalah ayat 8 Surat al-Maidah:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ

 "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Maa’idah: 8)

Jamaah yang dirahmati Allah...

Kitab Tafsîr Jalâlain menjelaskan bahwa kata “kaum” dalam ayat tersebut adalah mengacu pada orang-orang kafir. Artinya, ayat tersebut melarang kaum mukmin gelap mata akibat kebencian sehingga berlaku tidak adil kepada kaum kafir.

Secara sederhana bisa dianalogikan bahwa bila kepada orang kafir saja, Islam memerintahkan kita berbuat adil, apalagi kepada sesama umat Islam, dan apalagi sesama anak bangsa.

Jamaah Yang dirahmati Allah...

Sekarang ini kita juga akan melewati pergantian tahun dari tahun 2023 berganti menjadi 2024, salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah Muhasabah dan Evaluasi diri

Khotib tidak bosan bosanya mengingatkan terutama kepada khotib pribadi ketika diakhir tahun salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah instropeksi diri kita dalam hal ibadah

  • Sudah seberapa dalam kita mengenal dan belajar tentang sholat..?
  • Sudah seberapa benarkah Sholat yang sudah kita kerjakan apakah sudah  sesuai yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW

Jamaah yang dirahmati Allah SWT..

Perlu diketahui....

Ma’na dari sholat itu sendiri menurut bahasa adalah Do’a, artinya bacaan yang ada didalam sholat hampir keseluruhan mengandung do’a,

Adapun ma’na Sholat secara Istilah adalah

.....................................

Beberapa ucapan dan perbuatan yang di awali dengan takbir dan diakhiri dengan salam

Adajuga sebagian ulama yang merartikan ma’na Sholat adalah komunikasi antara hamba dengan Allah SWT tentunya dengan bahasa yang santun, kalimat yang lembut, dan penuh dengan kebahagiaan.

Jamaah yang dirahmati Allah SWT...

Salah satu hal yang harus kita perhatikan dalam hal sholat adalah Sholat merupakan amalan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT

Diriwayatkan dari Al-Hasan Al Bashri, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

اول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة

Awal pertama yang di hisab besok di hari kiamat atas seorang adalah sholat

فان كان قد اتمها هون عليه الحساب

Apabila ia telah menyempurnakanya, maka Allah akan memudahkan hisabnya

وان كان قد انتقص منها شئا قال الله تعالي لملائكته

Apabila ia mempunyai sedikit kekurangan maka Allah berfirman kepada malaikatnya

هل لعبدي من تطوع فاتموا الفريضة من التطوع

“Apakah hambaku mempunyai shalat sunnah..? (bila iya) maka sempurnakanlah shalat fardlu dengan shalat Sunnah

وان تم جري جميع الاعمال علي حساب ذلك

Apabila telah sempurna, maka amal-amal perbuatan yang lain lewat dari hisabnya…

Jamaah Yang dirahmati Allah...

Semoga di penghuung akhir tahun ini kita semua menjadi bagian dari oarng yang ahli Ibadah, Ahli Ta’at kepada Allah SWT, dan menjadi hamba yang selalu dituntun oleh Allah SWT

Amiin Ya Robbal Alamiin

Wal Asr..

Barakallah...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *